
Kebumen – Calung merupakan salah satu kesenian tradisional yang memiliki tempat istimewa di hati masyarakat Kebumen. Secara harfiah, kata calung di daerah ini merupakan akronim dari Cagak Sempal Balung yang berarti penyangga patah tulang. Filosofi tersebut mencerminkan perjuangan dan kerja keras para seniman calung dalam menjaga dan menghidupi seni warisan leluhur ini.
Pertunjukan calung umumnya dimainkan oleh sekelompok seniman dengan peran yang beragam, mulai dari pemusik, penari, sinden, hingga pelawak. Kehadiran mereka menghadirkan hiburan yang lengkap: musik, tari, humor, bahkan kritik sosial yang dibungkus dalam bahasa ngapak khas Banyumasan.
Alat Musik Dan Penampilan
Calung merupakan alat musik tradisional Jawa berbahan bambu wulung (bambu hitam) yang dimainkan dengan cara dipukul. Di Kebumen, calung dipadukan dengan perangkat gamelan pelog-slendro sederhana, seperti kendang, saron, gong, dan bonang. Tak jarang, kelompok calung juga menambahkan instrumen modern seperti keyboard atau gitar untuk memperkaya nuansa.
Para penampil biasanya mengenakan busana cerah dan mencolok, dipadukan dengan riasan wajah yang unik untuk menambah daya tarik pertunjukan. Penampilan tersebut menggambarkan semangat keceriaan dan keguyuban masyarakat.
Ciri Khas Calung Kebumen
Pertunjukan calung di Kebumen dikenal dinamis dan interaktif, dengan ciri khas sebagai berikut:
- Alunan musik bambu yang riang dengan nada pentatonis,
- Sinden atau penyanyi yang membawakan tembang Jawa maupun lagu populer dengan gaya khas ngapak,
- Lakon lawakan yang penuh banyolan, kritik sosial, serta cerita keseharian masyarakat,
- Kostum sederhana yang berpadu dengan nuansa tradisional dan rakyat.
Fungsi Sosial dan Pelestarian
Sejak pertengahan abad ke-20, calung menjadi hiburan rakyat yang selalu hadir dalam hajatan, khitanan, pesta panen, hingga festival budaya. Lebih dari sekadar hiburan, calung berfungsi sebagai perekat sosial. Pertunjukannya mampu menghidupkan semangat kebersamaan serta melestarikan bahasa dan budaya lokal melalui lirik jenaka yang penuh pesan moral.
Hingga kini, sanggar-sanggar seni di berbagai kecamatan di Kebumen masih aktif melatih generasi muda agar tidak melupakan seni tradisional ini. Pemerintah daerah bersama komunitas seni juga terus mendorong pelestarian calung lewat festival, lomba, hingga kegiatan pendidikan di sekolah-sekolah.
Tantangan dan Inovasi
Di tengah derasnya arus hiburan modern, Calung Kebumen menghadapi tantangan berupa menurunnya minat generasi muda. Namun, para seniman tetap berinovasi dengan memadukan unsur kontemporer tanpa meninggalkan ciri khasnya. Kehadiran calung dalam berbagai festival dan acara pemerintahan membuktikan bahwa kesenian ini tetap relevan dan layak dibanggakan.
Calung Kebumen bukan hanya seni pertunjukan, melainkan juga cerminan identitas budaya masyarakatnya. Dengan musik yang meriah, lawakan yang segar, dan pesan-pesan yang menyentuh kehidupan sehari-hari, calung berhasil menjaga eksistensinya sebagai warisan budaya yang hidup di tengah masyarakat.